Kamis, 17 Februari 2011

Telaah Pemikiran Pendidikan menurut Ibnu Khaldun

A. Biografi dan pendidikan Ibnu Khaldun
Biografi
Ibnu Khaldun lahir pada tanggal 1 bulan Ramadhan pada tahun 732 H/ 27 Mei 1332, beliau memiliki nama lengkap Waliuddin Abdurrahman bin Muhammad Ibn Khaldun Al-Hadrami Al-Ishbili. Nenek moyangnya berasal dari Hadramaut (Yaman) yang bermigrasi ke Seville (Spanyol) pada abad ke-8 M. Beliau lahir dari keluarga yang cukup terpandang. Beberapa kerabat dan keluarganya menjadi pemimpin politik di Morrish (Spanyol). Ayahnya, Abu Abdullah Muhammad merupakan salah satu tokoh politik , akan tetapi, akhirnya dia lebih memilih untuk menekuni ilmu pengetahuan dan sufisme. Ayahnya wafat pada tahun 794/1384 M (begitu juga ibunya), dikarenakan wabah Pes (749 H). Wabah Pes menyerang Tunisia dan beberapa daerah Masyriq dan Maghrib. Kemudian pada tahun 1349, Ibnu Khaldun hijrah hijrah berbondong-bondong dengan Sultan Abu al Hasan (penguasa daulah bani Tamrin) dan beberapa ulama yang selamat dari wabah Pes menuju Magrib.
Selanjutnya pada tahun 1362 Ibnu Khaldun dan keluarganya pindah ke Spanyol dan bekerja sama dengan raja Granada. Akan tetapi, beliau tidak lama tinggal di Spanyol, beliau memilih kembali lagi ke Afrika. Sekembalinya di Afrika dia di angkat menjadi perdana menteri oleh Sultan Aljazair. Sepanjang tahun 1362 sampai tahun 1375 terjadi pergolakan politik, yang akhirnya menyebabkan beliau mengundurkan diri dari dunia politik dan pergi ke Maroko dan Mesir.
Di Mesir, beliau semakin giat dalam mengkaji ilmu pengetahuan. Disinilah, beliau melakukan perbaikan-perbaikan terhadap beberapa kitab terdahulunya. Di mesir juga beliau menjadi dosen di Universitas Al Azhar pada masa dinasti Fatimiyah.



Ada yang membagi biografi Ibnu Khaldun sebagai berikut
(oleh Abu Al Maira di/pada April 17, 2007.)
1. Periode pertama, masa dimana Ibnu Khaldun menuntut berbagai bidang ilmu pengetahuan. Yakni, ia belajar Alquran, tafsir, hadis, usul fikih, tauhid, fikih madzhab Maliki, ilmu nahwu dan sharaf, ilmu balaghah, fisika dan matematika.
Dalam semua bidang studinya mendapatkan nilai yang sangat memuaskan dari para gurunya. Namun studinya terhenti karena penyakit pes telah melanda selatan Afrika pada tahun 749 H. yang merenggut ribuan nyawa. Ayahnya dan sebagian besar gurunya meninggal dunia. Ia pun berhijrah ke Maroko selanjutnya ke Mesir;
2. Periode kedua, ia terjun dalam dunia politik dan sempat menjabat berbagai posisi penting kenegaraan seperti qadhi al-qudhat (Hakim Tertinggi). Namun, akibat fitnah dari lawan-lawan.
3. periode ketiga kehidupan Ibnu Khaldun, yaitu setelah keluar dari penjara berkonsentrasi pada bidang penelitian dan penulisan, ia pun melengkapi dan merevisi catatan-catatannya yang telah lama dibuatnya. Seperti kitab al-’ibar (tujuh jilid) yang telah ia revisi dan ditambahnya bab-bab baru di dalamnya, nama kitab ini pun menjadi Kitab al-’Ibar wa Diwanul Mubtada’ awil Khabar fi Ayyamil ‘Arab wal ‘Ajam wal Barbar wa Man ‘Asharahum min Dzawis Sulthan al-Akbar.

Pendidikan Ibnu Khaldun
Masa kecil Ibnu Khaldun sudah mulai diberi bekal pengetahuan ilmu agama oleh orang tuanya. Beberapa ilmu yang dikaji adalah Al-qur’an, Hadits, Fikih, Sastra, Nahwu dan Sharaf. Kemudian menjelang dewasa, beliau mulai lebih luas dalam mengkaji ilmu pengetahuan (ilmu balaghah, fisika dan matematika, filsafat).
Diantara beberapa guru beliau yang paling berpengaruh terhadap pemikiran Ibnu Khaldun adalah :
a. Burral Al anshari (padanya ibnu khaldun belajar alqur’an dan qiraat assab’ah)
b. Al Wadisyasi (ilmu hadits, bahasa arab dan fiqih)
c. As Salam (kitab almutawatta karya Imam Malik)
d. Al ibili, Al hadrami, As Satti (filsafat, ilmu agama,ilmu pasti, logika)
dan masih banyak lagi.

Ibnu Khaldun dan Neo-Platonisme
Pemikiran filsafat islam klasik sangat dipengaruhi oleh dua tokoh filsafat yunani yakni Aristoteles dan Plato. Dalam pembahasan ini, tokoh yunani yang menjadi inspirasi Ibnu Khaldun adalah Plato, Ibnu Khaldun sangat kagum dengan beberapa konsep/pengetahuan/filsafat yang di bawakan oleh Plato. Beberapa ajaran plato yang dijadikan pijakan Ibnu Khaldun :
a. Ada suatu spiritualitas dan suatu rasionalitas yang meliputi seluruh alam semesta.
b. manusia melalui pengguanan rasionya dapat mengedalikan emosi-emosi yang mendasar , kodratnya yang irrasional, selain itu dengan akal akan diperoleh kebeikan moral dan spiritual’.
c. Pengetahuan kefilsafatan tentang kebenaran, kebaikan adalah sesuatu yang esensial bagi perkembangan kebenaran dan bimbingan yang tepat bagi manusia.
d. Dan sebagainya.

Pendidikan menurut Ibnu Khaldun
A. Tujuan Pendidikan
Pendidikan pada hakikatnyaadalah usaha untuk mengembangkan berbagai potensi yang ada pada diri manusia yang kemudian akan ditransformasikan di level masyarakat guna mencapai kehidupan masyarakat yang lebih baik.
Beberapa tujuan pendidikan sebagai berikut :
1. Peningkatan Pemikiran (peran akal eksperimental)
Pengaruh Neo-Platonisme sangat terlihat dalam tujuan peningkatan pemikiran. Ibnu Khaldun mengajarkan bahwa akal haruslah di beri porsi lebih dalam proses pencarian pengetahuan (pendidikan). Hal ini nampak sama dengan pendapat Plato bahwa ‘ manusia melalui pengguanan rasionya dapat mengedalikan emosi-emosi yang mendasar , kodratnya yang irrasional, selain itu dengan akal akan diperoleh kebeikan moral dan spiritual’.
Melalui peran akal, manusia akan mengetahui beberapa pengetahuan yang sudah ada terlebih dahulu dan dari pengetahuan yang tersebut, manusia dapat melakukan perubaha. Oleh sebab itu, seharusnya pendidikan disini adalah untuk meningkatkan kecerdasan dan kemempuan manusia dalam berpikir serta untuk memperoleh ketrampilan (al-malakah atau skill) dari aktifitas akalnya. Dengan pengetahuan yang memadahi, manusia akan semakin rajin dalam beraktifitas untuk selalu melakukan perubahan yang lebih baik. (dalam hal ini Ibnu Khaldun sejalan dengan ayat alqur’an yang artinya “ Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sehingga kaum tersebut mengubahnya sendiri.
2. Peningkatan kehidupan masyarakat agar lebih baik
Tujuan pendidikan disini adalah untuk menciptakan tatanan sosial masyarakat yang lebih baik. Manusia yang sudah memiliki kemampuan akal yang lebih dan keahlian tertentu dalam masyarakat seharusnya mampu membawa/ mentransformasikan pengetahuan dan keahliannya pada masyarakat. Dengan demikian kekacauan masyarakat akan dapat dikurangi karena orang melakukan kejahatan karena dia tidak mengetahui kebaikan (yang garus miring adalah pemahaman atas Neo-Platonisme).
3. Peningkatan kerohanian (keimanan dan ketakwaan kepada Allah).
Aspek ulluhiyah merupakan unsur terpenting dalam pendidikan. Praktek peribadatan yang sudah ada, berkhalwat dan menyendiri (uzlah) untuk tujuan ibadah merupakan kunci untuk mendapatkan kehidupan akhirat yang lebih baik. (pengaruh tasawuf dari ayahnya).

B. Kurikulum Pendidikan dan Klasifikasi ilmu
Ibnu Khaldun membuat klasifikasi ilmu agar lebih memudahkan peserta didik dalam mendalami pelajaranya. Beliau juga menganjurkan bahwa kurikulum haruslah sesuai dengan tujuan pendidikan selain itu kurikulum haruslah sesuai dengan akal dan kejiwaan peserta didik. (dalam hal ini adalah sesuai kebutuhan).
Ibnu khaldun membagi ilmu menjadi tiga macam :
a. Ilmu Lisan/ bahasa adalah ilmu tentang tata bahasa (gramatika, linguistik) dan sastra bahasa.
b. Ilmu Naqli adalah ilmu yang diambil dari / di peroleh/ di istimbatkan keapada alqur’an dan hadits/ sunnah nabi.
Diantaranya : Alqur’an dan Hadits, Ulumul Qur’an, Ulumul Hadits, Ushul Fiqh, ilmu Kalam, Ilmu At-tasawwuf dan Ilmu ta’bir Arru’ya. (pembagian menurut Ibnu Khaldun).
c. Ilmu Aqli adalah ilmu yang diperoleh dari aktifitas berfikir (Rasionalitas Eksperimental), perolehan ilmu ini adalah hasil keterpaduan antara kemampuan akal dan indra.
Diantaranya : a. Ilmu Logika (Mantiq)
b. Ilmu Fisika : ilmu kedokteran dan pertanian.
c. Ilmu Metafisika (ilmu al ilahiyat).
d. Ilmu matematika : Geografi, Aritmatika, Aljabar, Ilmu musik, ilmu astronomi (nujum). (menurut Ibnu Khaldun)
Tambahan untuk era sekarang yang termasuk katagori ilmu aqli; filsafat, sosial (muqaddimah Ibnu Khaldun), plitik, administrasi negara, dll.
Dari beberapa ilmu diatas Ibnu Khaldun menyusunnya menjadi kurikulum yang berfaedah bagi peserta didik.
Diantaranya :
a. Ilmu Syariah dengan semua jeniusnya.
b. Ilmu Filsafat (rasio) : Ilmu Alam (Fisika) dan Ilmu Ketuhanan (Metafisika).
c. Ilmu Alat yang membantu dalam pemahaman terhadap agama: Ilmu bahasa, Gramatika, dll.
d. Ilmu Alat yang digunakan untuk membantu Ilmu Filsafat : ilmu mantiq, dan ushul fiqh.
Dari keempat penggolongan tersebut diibagi lagi menjadi 2 kelompok :
1. Ilmu pokok dan Ilmu Filsafat adalah al ulum al maqsudah bi zatina. Namun disini beliau lebih mengutamakan ilmu Syariah, karena Syariah berasal dari Allah.
2. Ilmu Alat yang membantu agama dan Ilmu Alat yang membantu Ilmu Filsafat adalah ilmu yang duigunakan untuk membantu memahami teks-teks mulia (al nusush al muqaddasah).

C. Metode Mengajar (pemahaman dari ensiklopedi tokoh pendidikan islam)
Dalam proses pengajaran seorang pendidik hendaknya dengan metode yang baik dan mengetahui faedah dari penggunaan metode tersebut. Guru tidak boleh kasar dalam mengajar karena hal itu akan membuat peserta didik menjadi malas, pembohong dan tidak mandiri. Selain itu, pendidik juga harus bersikap sopan.
Metode kosentris sangat dianjurkan dalam beberapa pokok pembahasan. Metode ini dimuali dengan pemberian soal-soal dalam setiap cabang pembahasan yang dipelajarinya. Keterangan materi hendaknya bersifat umum yang nantinya akan akan lebih spesifik lagi ketika peserta didik memahami materi tersebut. (analisis terhadap metode ini membuat penulis curiga terhadap pemikiran Ibnu Khaldun, bisa ditebak bahwa pemikiran Neo-Ariestoteles juga mempengaruhi pemikiran Ibnu Khaldun).

D. Sifat Pendidik (kaitan dengan metode pembelajaran)
Seorang pendidik hendaknya memiliki beberapa sifat sebagi berikut :
a. Pendidik hendaknya lemah lembut.
b. Pendidik hendaknya menjadi Uswatun Khasannah.
c. Pendidik hendaknya memahami kondisi peserta didik ketika kegiatan balajar mangajar. Artinya apa?, dengan kemampuan pendidik dalam mengetahui keadaan psikologis peserta didik ketika proses belajar, maka akan memnuculkan metode pengajaran yang proposional.
d. Pendidik hendaknya memiliki keahlian dalm memnafaatkan waktu luang dengan kegiatan yang produktif. Semisal ketika peserta didik jenuh dengan materi pelajaran hendaknya pendidik menyanyikan syair, sholawat dan semacamnya.
e. Pendidik haruslah profesional, yakni memahami materi yang diajarkan. Selain itu dia juga harus memiliki wawasan luas tentang pengetahuan yang menopang materi tersebut.



DAFTAR PUSTAKA

Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam, karya Prof. Dr. H. Ramayulis dan Dr. H. Syamsul Nizar, M.A Penerbit Quantum Teaching
Muqaddimah Ibnu Khaldun Penerbit Pustaka Firdaus
Kamus Filsafat karya Lorens bager Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama
Intisari makalah diskusi rutin Rscj (red soldiers community of jogjakarta)

0 komentar:

Posting Komentar